Relevansi Nilai I.J. Kasimo bagi Bangsa Indonesia: Dari Teladan Sejarah ke Implementasi Masa Kini

Nilai-nilai perjuangan yang diwariskan Ignatius Joseph Kasimo sesungguhnya tetap memiliki
relevansi yang kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Kita hidup di tengah
situasi sosial politik yang kompleks, di mana tantangan kebangsaan bukan lagi berupa
kolonialisme asing, melainkan persoalan internal bangsa seperti korupsi, kesenjangan
ekonomi, intoleransi, dan melemahnya rasa kebersamaan. Dalam konteks ini, nilai-nilai yang
pernah dihidupi Kasimo, yaitu nasionalisme, keadilan sosial, integritas, dan solidaritas, tidak
kehilangan makna. Nasionalisme inklusif yang diwariskan penting untuk menumbuhkan rasa
cinta tanah air yang tidak memandang latar belakang agama maupun suku. Hal ini krusial,
sebab belakangan kita sering menyaksikan masyarakat terpolarisasi oleh isu identitas,
terutama saat momentum politik. Ketika sebagian orang menjadikan agama sebagai alat
politik, teladan Kasimo yang menegaskan bahwa seorang Katolik dapat sekaligus menjadi
nasionalis sejati justru menjadi jawaban. Selain itu, nilai keadilan sosial yang diperjuangkan
Kasimo tetap relevan di tengah kondisi masyarakat yang masih berjuang mengurangi
ketimpangan ekonomi. Perhatiannya pada petani dan kaum kecil melalui Rencana Kasimo
menunjukkan bahwa pembangunan bangsa harus berorientasi pada kebutuhan rakyat bawah,
bukan hanya pada kepentingan elite. Di sisi lain, nilai integritas yang ditunjukkan Kasimo
juga amat penting di era sekarang, ketika praktik korupsi masih terjadi di berbagai lini
pemerintahan. Keteguhan Kasimo untuk tidak mengorbankan nilai moral demi keuntungan
politik memberikan teladan nyata tentang bagaimana seorang pemimpin seharusnya bersikap.
Terakhir, solidaritas yang ia terapkan tetap menjadi pondasi penting bagi bangsa Indonesia
yang kini menghadapi ancaman individualisme akibat globalisasi. Gotong royong dan
kepedulian kepada sesama yang ia teladankan bukan hanya nilai masa lalu, tetapi juga
kebutuhan nyata untuk menjaga persaudaraan bangsa di masa kini.
Nilai-nilai perjuangan Kasimo masih relevan karena kondisi bangsa Indonesia saat ini justru
menuntut hadirnya teladan moral dan integritas yang kuat. Jika kita melihat data dan realitas
sosial, masih banyak persoalan yang membuktikan bahwa nilai-nilai tersebut belum
sepenuhnya dihidupi. Misalnya, menurut Transparency International (2023), skor Indeks
Persepsi Korupsi Indonesia hanya 34 dari 100, angka yang menunjukkan betapa integritas
dalam birokrasi dan politik masih sangat lemah. Di sinilah teladan Kasimo penting, karena ia
membuktikan bahwa politik dapat dijalankan tanpa kehilangan komitmen pada nilai moral.
Relevansi juga tampak dari persoalan kesenjangan ekonomi. Badan Pusat Statistik (2023)
mencatat rasio gini Indonesia masih berada di angka 0,388, artinya distribusi pendapatan
masih timpang. Kasimo dengan gagasan Rencana Kasimo telah menekankan pentingnya
kemandirian pangan dan kesejahteraan petani, sebuah isu yang tetap aktual ketika banyak
petani modern masih berjuang dengan harga hasil panen yang tidak stabil. Dari segi toleransi,
Setara Institute (2022) masih melaporkan terjadinya berbagai kasus intoleransi di masyarakat,
mulai dari pelarangan ibadah hingga diskriminasi berbasis agama. Nilai toleransi lintas iman
yang diperlihatkan Kasimo, yang mampu menghubungkan iman Katoliknya dengan semangat
nasionalisme, jelas masih sangat dibutuhkan untuk menjaga keutuhan bangsa. Tidak hanya
itu, relevansi nilai-nilai ini juga bisa dibuktikan melalui dasar hukum dan spiritual bangsa.
Pancasila sila ke-5 menegaskan pentingnya keadilan sosial, dan Pasal 33 UUD 1945 mengatur
agar perekonomian disusun berdasarkan asas kekeluargaan, sejalan dengan perhatian Kasimo
pada rakyat kecil. Kitab Suci pun menekankan hal yang sama, misalnya dalam Matius 22:39
“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” yang sejalan dengan semangat
solidaritas, serta Amsal 10:9 “Siapa berjalan dengan jujur, aman jalannya” yang
menegaskan pentingnya integritas. Dari perspektif teori modern, konsep keadilan sosial John
Rawls tentang “justice as fairness” juga mendukung nilai perjuangan Kasimo, karena
menempatkan kesejahteraan rakyat kecil sebagai prioritas. Semua ini menunjukkan bahwa
nilai-nilai perjuangan Kasimo tidak hanya menjadi bagian dari masa lalu, tetapi juga solusi
nyata atas persoalan bangsa hari ini. Dengan kata lain, selama Indonesia masih menghadapi
masalah korupsi, ketidakadilan ekonomi, dan ancaman intoleransi, maka nilai-nilai
perjuangan Kasimo akan selalu relevan, bahkan semakin mendesak untuk dihidupi.
Nilai-nilai perjuangan yang diwariskan Ignatius Joseph Kasimo sesungguhnya tetap memiliki
relevansi yang kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Kita hidup di tengah
situasi sosial politik yang kompleks, di mana tantangan kebangsaan bukan lagi berupa
kolonialisme asing, melainkan persoalan internal bangsa seperti korupsi, kesenjangan
ekonomi, intoleransi, dan melemahnya rasa kebersamaan. Dalam konteks ini, nilai-nilai yang
pernah dihidupi Kasimo, yaitu nasionalisme, keadilan sosial, integritas, dan solidaritas, tidak
kehilangan makna. Nasionalisme inklusif yang diwariskan penting untuk menumbuhkan rasa
cinta tanah air yang tidak memandang latar belakang agama maupun suku. Hal ini krusial,
sebab belakangan kita sering menyaksikan masyarakat terpolarisasi oleh isu identitas,
terutama saat momentum politik. Ketika sebagian orang menjadikan agama sebagai alat
politik, teladan Kasimo yang menegaskan bahwa seorang Katolik dapat sekaligus menjadi
nasionalis sejati justru menjadi jawaban.
Selain itu, nilai keadilan sosial yang diperjuangkan Kasimo tetap relevan di tengah kondisi
masyarakat yang masih berjuang mengurangi ketimpangan ekonomi. Perhatiannya pada
petani dan kaum kecil melalui Rencana Kasimo menunjukkan bahwa pembangunan bangsa
harus berorientasi pada kebutuhan rakyat bawah, bukan hanya kepentingan elite. Di sisi lain,
nilai integritas yang ditunjukkan Kasimo juga amat penting di era sekarang, ketika praktik
korupsi masih marak di berbagai lini pemerintahan. Menurut Transparency International
(2023), skor Indeks Persepsi Korupsi Indonesia hanya 34 dari 100, menegaskan bahwa
integritas masih menjadi pekerjaan rumah besar bangsa. Keteguhan Kasimo untuk tidak
mengorbankan moral demi kepentingan politik memberikan teladan nyata bagaimana seorang
pemimpin seharusnya bersikap.
Solidaritas yang ia hidupi pun tetap dibutuhkan untuk menghadapi ancaman individualisme
akibat globalisasi. Gotong royong dan kepedulian terhadap sesama adalah nilai yang semakin
relevan, terutama di tengah laporan Setara Institute (2022) mengenai kasus intoleransi yang
masih terjadi. Pancasila sila ke-5 menegaskan pentingnya keadilan sosial, dan Pasal 33 UUD
1945 menekankan perekonomian berbasis asas kekeluargaan, sejalan dengan perjuangan
Kasimo. Bahkan Kitab Suci menggarisbawahi prinsip serupa: “Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:39) dan “Siapa berjalan dengan jujur, aman jalannya”
(Ams. 10:9). Dari perspektif teori modern, John Rawls dengan konsep justice as fairness
menekankan prioritas pada kesejahteraan rakyat kecil—visi yang sudah diperjuangkan
Kasimo puluhan tahun lalu.
Dengan demikian, nilai perjuangan Kasimo tidak hanya berfungsi sebagai inspirasi historis,
tetapi juga panduan praktis menghadapi persoalan bangsa hari ini. Selama korupsi,
kesenjangan ekonomi, dan intoleransi masih ada, teladan Kasimo akan selalu hidup dan
mendesak untuk diimplementasikan.